KELUARGA PENERIMA
MANFAAT (KPM) PKH
RAPUH DALAM SEGALA
HAL
(sebuah opini)
Sejak
digulirkan pada tahun 2013 silam, Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten
Nganjuk mampu membius ribuan orang termasuk perangkat desa di 245 Desa-Klurahan
yang terdapat di 19 kecamatan, termasuk Ngronggot. PKH mampu membuat
orang-orang menjadi kebingungan dan bersyukur menjadi satu, gebrakan yang luar
biasa dan insya Allah tepat sasaran.
Desas-desus
dan berbagai macam intrik hadir dalam penyambutan PKH pada tahun itu. Intimidasi
dan permusuhan dari berbagai pihak, tamu silih berganti datang ke rumah
pendamping, sampai perangkat yang menolak program ini hadir di wilayahnya sudah
seperti sarapan setiap hari. Di sisi lain banyak sekali warga desa yang dalam
keadaan susah maupun berkecukupan ingin menjadi peserta PKH.
Namun ada
satu hal yang mereka lupakan, bahwa kehidupan sebagai KPM sangat tidakLAH
menyenangkan, KPM banyak yang hidup serba kekurangan. Kurang dalam segala hal,
pendidikan, gizi, kesehatan, dan bahkan kebahagiaan. Orang lain hanya melihat
dari sisi luarnya saja, tapi untuk masuk dan memahamai kehidupan pribadi mereka,
hanya Pendamping PKH yang bisa.
Berikut
beberapa penampilan rumah KPM yang kami kumpulkan :
Berita miring tentang kesalahan pendataan pada tahun 2011, sangat tidak relevan bila kita melihat kondisi dan lingkungan tempat mereka tinggal. Sangatlah tidak masuk akal saat seseorang mempunyai uang lebih namun betah tinggal dalam lingkungan yang serba kekurangan. Kesalahan pendataan mungkin hanya sekitar 10% dari 1500 orang atau sekitar 150 orang peserta PKH pada tahun itu yang hidup dalam lingkungan yang layak.
Program
Keluarga Harapan (PKH) hadir bagai oase di tengah gurun pasir, yang mampu
melepas dahaga finansial dalam kehidupan KPM walau dalam durasi yang sangat
singkat. Pemerintah seperti matahari yang tak henti-hentinya melepas cahaya
bantuan dari berbagai sisi kehidupan, sekolah melalui BSM (PIP) dan KIP,
Kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS), BPJS, Jamkesmas, Jamkesda. Beras
melalui Beras Sejahtera (Rastra), dan berbagai macam bantuan lainnya, untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka. Karena kemiskinan bukanlah hama yang bisa
dibasmi, kemiskinan bukan pula bencana alam yang bisa ditanggulangi, kemiskinan
hanya bisa diminimalisir sehingga kesenjangan social tidak terlalu besar.
Bantuan yang
luar biasa besar ternyata tidak disadari oleh KPM yang terus menerus mengatakan
selalu menderita dan kurang diperhatikan pemerintah. Hal ini sangat tidak
mengherankan karena pemberian bantuan secara fisik dan nominal rupiah tidak
akan mampu merubah kehidupan pribadi KPM, apabila tingkat religiusitas KPM yang
sangat rendah. Dari hasil penelitian banyak dari KPM yang tidak bisa berwudlu,
apalagi sholat dan mandi besar. Lebih dari 70% KPM tidak memiliki tempat yang
layak untuk melaksanakan sholat, dan hampir dipastikan kehidupan mereka jauh
dari kebersihan. Persoalan ini menurut kami merupakan persoalan yang sangat
mendasar. Karena apa yang telihat banyak ternyata tidak memberikan efek apa-apa
menurut pendapat KPM. Kedepannya selain membantu dari segi finansial,
pendamping PKH dituntut pula untuk mengarahkan KPM agar lebih sadar dan kembali
aktif dalam beribadah. Diyakini atau tidak, jauh dari Allah ternyata membuat
kehidupan KPM selalu dilanda kekurangan karena rizqi yang mereka peroleh tidak
mendatangkan barokah, walau banyak tapi kenyataannya rapuh di dalam. Walau
banyak namun tetaplah kurang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. (maswill)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar