Senin, 13 Maret 2017

Usaha Kreatif Untuk Kehidupan Yang Lebih Produktif



Sebagian Produk Dari Sampah

Ngronggot, Sore itu di sebuah rumah yang cukup sederhana, terlihat suasana yang berbeda dan tidak biasa. Ketika penulis datang, Sekelompok ibu-ibu paruh baya berkumpul dalam ruangan yang tidak lebar beralaskan tikar. Ada sekitar 13 orang yang duduk melingkar, seakan siap melahap tuntas gossip yang ada di lingkungan sekitar. Terkadang terdengar keras gelak tawa disertai gurauan dari gerombolan ibu-ibu itu. Selain ibu-ibu, terdapat pemandangan janggal tatkala penulis melihat seorang pria di tengah kerumunan. Sosok pria kumus-kumus berperawakan kurus namun murah senyum itu seolah tersesat di kerumunan wanita yang jauh lebih tua darinya. Adalah M. Taufiqurrohman, pria yang akrab disapa pak Taufiq oleh ibu-ibu itu adalah Pendamping PKH yang senantiasa setia menemani dalam setiap kegiatan. Di sebelah pak Taufiq, ada seorang wanita tambun yang dengan santun memlpersilahkan penulis masuk rumah. Dia adalah Ibu Umiroti, pemilik rumah sekaligus mentor bagi ibu-ibu yang sedang berkumpul.
Jangan salah sangka, tidak seperti kebanyakan ibu-ibu yang suka berkumpul untuk sekedar bergosip ria, ibu-ibu itu adalah para anggota PKH (Program Keluarga Harapan) di Desa Banjarsari Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk. Bukan tanpa sebab mereka bergerombol, melainkan untuk berlatih mebuat kerajinan tas dari barang bekas (sampah). iya, sampah...
Perlu diketahui, PKH sudah ada di wilayah Kabupaten Nganjuk sejak tahun 2013 sampai sekarang. PKH merupakan salah satu program pemerintah dalam hal penanggulangan kemiskinan. Dengan cara pemberian bantuan tunai Bersyarat kepada keluarga miskin, diharapkan menjadi stimulant bagi mereka untuk lebih memperhatikan Pendidikan dan Kesehatan anaknya. Karena kemiskinan kebanyakan dilatar belakangi oleh Pendidikan yang kurang dan Kesehatan yang buruk. Oleh karena itu, memutus mata rantai kemiskinan salah satu caranya adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, dalam artian sehat dan cerdas. Seperti salah satu bait mars PKH.
Kembali kepada masalah sampah, sebagian Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di Banjarsari memang sudah mulai menggeliat. Tidak sekedar menunggu bantuan pemerintah, mereka sudah mulai berfikir kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Salah satunya adalah Ibu Umiroti. Usaha membuat kerajinan sebenarnya sudah ditekuni ibu tiga anak ini sejak usia muda. Namun sempat terhenti lantaran harus pergi ke luar kota mengikuti sang suami dan mulai kembali setelah balik kampung dan mendapatkan bantuan PKH. Pada dasarnya, Ibu Umiroti ini memiliki kemampuan dalam mengolah berbagai kerajinan, seperti manik-manik, hiasan bunga, menyulam dan sebagainya. Namun karena keterbatasan dana beliau mengarahkan keahliannya pada kerajinan yang tidak memerlukan banyak modal. Terlebih setelah melihat sampah gelas minuman berserakan di lingkungan sekitar, jiwa kreatifnya semakin membara. Terlebih harga kerajinan ini cukup menjanjikan. “Eman-eman mas sampahnya jika tidak dimanfaatkan” kata Ibu Umiroti dengan nada medoknya.
Setelah mendapat sambutan positif dari ibu-ibu anggota PKH yang lain, dan motivasi dari pendamping PKH setempat, dibentuklah sebuah kelompok sebagai rintisan KUBE (Kelompok Usaha Bersama). “Hal ini dimungkinkan mengingat peserta PKH bisa mendapatkan prioritas dalam pengajuan KUBE” Urai Taufiqurrohman, mengutip ucapan Koordinator Pendamping PKH Kabupaten Nganjuk. Meski sudah mulai di rintis sejak tahun 2015, namun tidak semudah membalikkan telapak tangan. “Angel mas kon istiqomah”, begitu kata Ibu Umiroti seakan menggambarkan semangat yang naik turun dari anggota yang ingin berdikari melalui usaha kreatif pembuatan kerajinan tas dari sampah. Baru kemudian pada tahun 2017 ini mulai aktif kembali, setelah Pendamping PKH Ngronggot membuat Program Bank Sampah. Paling tidak dengan keberadaan Bank Sampah, bahan mudah didapat dengan harga yang lebih bersahabat.
Sekarang, di Desa Banjarsari sudah ada 11 orang yang aktif dalam usaha kreatif pembuatan Kerajinan dari sampah. Ada berbagai jenis varian yang jadi unggulan, seperti tas untuk belanja, tas untuk keperluan kerja, juga ada kerajinan wadah air mineral. Meski cukup banyak varian yang sudah dibuat, diharapkan butuh pelatihan khusus untuk meningkatkan daya saing dengan produk pabrik. Mengingat selama ini mereka berkreasi secara otodidak, tanpa melibatkan tutor yang benar2 kompeten di bidangnya. Bu Umiroti juga berharap produk yang dihasilkan kelompoknya dapat diterima di kalangan masyarakat luas. “Sekarang lagi ngebut untuk pembuatan tas kerja Pak Taufiq dan Mbak Vivi. Semoga ke depannya semua pendamping PKH juga ikut membeli produk kami” Kata Bu Umiroti sembari tersenyum malu sembari berharap.
Pada tingkatan lanjut, yang menjadi masalah produksi adalah pemasaran barang. Pendamping PKH tidak tinggal diam dalam membantu pemasaran. Selain dari mulut ke mulut, pendamping juga selalu menampilkan Hasil karya KPM di setiap pameran atau bazar. “Seperti Acara Family Gathering Kabupaten Nganjuk, Bazar di berbagai kecamatan pasti kita ajak” kata Taufiq. Selain itu, pendamping juga sudah menyiapkan website atau blog untuk media pemasaran di dunia digital. “bisa dilihat di pkh-ngronggot.blogspot.co.id” ujarnya sambil mengepulkan asap rokoknya. Masalah harga jual pun cukup bersaing. Harga di bandrol dari Rp. 40.000 – 150.000. Tergantung penggunaan bahan dan tingkat kerumitan pembuatannya. “Jangan melihat harga dari berapa rupiah yang diperoleh KPM, tapi seberapa besar anda menghargai jerih payah KPM untuk memperbaiki taraf hidupnya. Dan itulah harga yang akan anda peroleh dalam kehidupan”. Ujarnya lagi, layaknya motivator Mario Teguh.
Partisipasi Dalam Berbagai Kegiatan Sebagai Salah Satu Sarana Promosi
Secara garis besar, Taufiq berharap dengan dengan adanya bantuan PKH masyarakat tidak bermalas-malasan. Terus mengejar ketertinggalan dengan berbagai cara yang positif. Salah satunya dengan usaha kerajinan tas ini. “Perlu usaha keras untuk merubah pola pikir anggota PKH yang merupakan keluarga miskin, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan adanya bantuan PKH, tidak serta merta membuat mereka berpangku tangan menerima kenyataan sembari menunggu bantuan datang. Harus ada usaha nyata untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, salah satunya dengan usaha kreatif seperti ini” Kata Ayah dua anak ini. Semuanya harus terlibat, baik itu pemerintah, pemilik modal maupun pihak swasta. Jangan biarkan jiwa kreatif mereka mati di telan bumi. (Aufi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar